Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Berita
Home / Berita

Ittihadul Muballighin Jawa Tengah Kunjungi Al-Hamidiyah Depok, Kepala Pengasuh Sampaikan Tantangan Dakwah Era Digital

Selasa, 07 Juni 2022 Oleh Kajis 1333 kali

DEPOK - Dewan Pimpinan Wilayah Ittihadul Muballighin Wa Muballighot Indonesia Provinsi Jawa Tengah melakukan kunjungan silaturahmi ke Pesantren Al-Hamidiyah, Depok. Acara ini juga dalam rangka mengakhiri rangkaian kegiatan Pendidikan Kader Dai (PKD) Tingkat Wustha Angkatan XVII (Sabtu, 5/6/22).

“Pesantren Al-Hamidiyah ini didirikan oleh KH. Achmad Sjaichu, seorang dai (penceramah) yang sangat perhatian terhadap dakwah. Pada 31 Agustus 1978, beliau mendirikan Ittihadul Muballighin. Beliau memikirkan, bagaimana menyiapkan kader-kader dai, kemudian mengirimkannya ke daerah-daerah keluar artinya ia harus punya bekal yang cukup dan komunikatif,” ungkap Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum.

Dalam sejarah perjuangan Kiai Sjaichu, lanjut Kiai Oman, beliau bisa menjadi inspirasi untuk dai muda baik laki-laki maupun perempuan agar berdakwah sesuai zamannya. Di era digital seperti saat ini maka dibutuhkan inovasi dakwah yang tidak hanya pada ruang konvensional.


“Sesuai zamannya ini harus digarisbawahi, karena Ittihadul Muballighin ketika pertama didirikan pada 1978 itu belum ada era disrupsi, belum ada dakwah digital, belum ada YouTube, belum ada keharusan dakwah setiap saat itu meluruskan hoaks yang berseliweran. Dulu, itu semua tidak ada. Dakwahnya hanya majelis taklim konvensional begitu,” ungkap Guru Besar Filologi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta ini.

Nah, sekarang itu mungkin kontestasi kita ialah rebutan di ruang publik. Jadi tidak sekadar di masjid saja, rumah ibadah, tetapi di ruang publik digital seperti YouTube misalnya,” jelas Kiai Oman.

Di depan peserta 53 kader dai itu, Kiai Oman mencontohkan Ngariksa (Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara) yang diasuhnya. Beliau sudah mengkhatamkan dua kitab karya ulama Nusantara secara daring melalui siaran langsung di media sosial setiap dua pekan sekali di hari Jumat. 

“Saya berpikir kalau seandainya nanti ada lagi Pendidikan Kader Dai  Ittihadul Muballighin Jawa Tengah, kita exchange atau bertukar, entah bertukar narasumbernya, entah materi, atau apa begitu. Ini adalah cara kita menghubungkan niat dulu almaghfurlah Kiai Sjaichu untuk mendirikan Ittihadul Muballighin. Kan memang Ittihad itu menyatukan, menyatukan para mubaligh,” pesan Kiai Oman. 

Rombongan Ittihadul Muballighin ke Al-Hamidiyah dipimpin oleh Ust. H. Samsuddin Salim,M.Ag, sekretaris umum, dan al-Hafidz Ust. Khoirul Amin, S.Ag. Selain ke Pesantren Al-Hamidiyah, mereka juga melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Al-Manar Azhari (Islamic Boarding School) yang diasuh oleh Dr. KH. Manarul Hidayat, MA.




“Kami hadir sowan ke Pesantren Al-Hamidiyah ini tiada lain adalah merasa sebagai kader putra-putri Ittihadul Muballighin Wal Muballighot yang telah diperjuangkan sejak awal sekali KH. Achmad Sjaichu, sehingga kami hadir di sini sebagai seorang anak, generasi penerus, yang sowan hadir mohon doa restu kepada orang tuanya,” tutur Ust. H. Nur Ahsin, M.Ag mewakili rombongan. 

Pihaknya juga mengatakan, sangat penting bagi kader putra-putri Ittihadul Muballighin Wal Muballighot mengingat dan meneladani perjuangan dakwah para pendahulu, karena tidak mungkin melupakan perjuangan para ulama para kiai yang telah membidani lahirnya suatu organisasi dakwah yang luar biasa tersebut. 

Setelah acara seremonial pada malam hari, para peserta menginap di Gedung Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK) Pesantren Al-Hamidiyah. Acara dilanjutkan dengan berziarah ke makam KH. Achmad Sjaichu selepas Shalat Subuh. 



“Kami sampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga, kami kalau hadir di Pesantren Al-Hamidiyah ini selalu disambut dengan luar biasa, sukacita, penuh kasih sayang, dan kami merasa betul-betul seperti seorang anak yang lama tidak sowan. Kami betul-betul merasa terima kasih tidak bisa memberikan balasan apa pun hanya Allah Swt yang telah akan melipatgandakan pahala di sisi-Nya. Jazakumullahu khairan katsiran,” pungkas Ustadz Ahsin. 


Pewarta: Atunk