Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Berita
Home / Berita

Bedah Buku Ke-Alhamidiyah-an, Mustasyar: Pentingnya Pelajari Proses

Senin, 20 November 2023 Oleh Kajis 462 kali

DEPOK - Mustasyar (Penasihat) Yayasan Islam Al-Hamidiyah, Dr. (H.C.) H. Lukman Hakim Saifuddin menekankan pentingnya mempelajari proses dari tokoh besar, terutama dengan merujuk pada perjalanan hidup almarhum K.H. Achmad Sjaichu. Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara kunci pada bedah buku "Pedoman Memahami Nilai-Nilai Ke-Alhamidiyah-an: Inspirasi Ilmu K.H. Achmad Sjaichu", di Aula SMPI Al-Hamidiyah (Sabtu, 18/11/2023).

Pak Lukman ingin menekankan bahwa mempelajari sosok itu, siapa pun dia dan secara khusus adalah almarhum almaghfurlah K.H. Achmad Sjaichu, jangan hanya melihat hasilnya saja. 

"Menurut hemat saya, yang jauh lebih penting adalah mempelajari prosesnya. Karena tidak ada sesuatu yang instan, jalan pintas, tidak ada yang tiba-tiba, semua harus melalui proses. Tidak ada orang itu melompat, atau ibarat buah-buahan itu dikarbit, itu dipaksa untuk matang, padahal kematangan itu memerlukan proses, memerlukan jam terbang,” ungkap Mustasyar.  


Beliau mencontohkan perjalanan hidup almarhum, dari menjadi santri hingga ketua DPR, dianggap sebagai ilustrasi penting untuk memahami bagaimana proses tersebut membentuk karakter dan karir seseorang. Menurutnya, memahami proses ini menjadi kunci penting dalam memperoleh wawasan yang mendalam tentang perjalanan dan pencapaian seseorang dalam kehidupan.

“Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya, almarhum itu selain menjadi guru karena beliau adalah santri, pernah bekerja di bengkel kapal laut di galangan kapal, itu menarik sekali buat saya. Beliau pernah bekerja di peradilan agama, dan lalu kemudian kariernya meningkat menjadi anggota DPRD. Beliau dengan tegas mampu mengkritisi walikota Surabaya pada saat itu,” lanjut putra bungsu almarhum Prof. K.H. Saifuddin Zuhri tersebut.

Sejak itulah, lanjut Pak LHS, Kiai Sjaichu dikenal di kalangan yang lebih luas, dipercaya sebagai ketua panitia pemenangan Pemilu, ketika itu NU menjadi partai politik di tingkat Jawa Timur. Lalu kemudian menjadi Ketua Fraksi DPR RI, dan puncak karier politiknya adalah sebagai ketua DPR.