Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Berita
Home / Berita

Telusuri Dokumentasi K.H. Achmad Sjaichu, Pimpinan Al-Hamidiyah Kunjungi ANRI

Jum'at, 22 April 2022 Oleh Kajis 1205 kali

JAKARTA - Dalam rangka menelusuri dokumentasi yang terkait dengan Pendiri Pesantren Al-Hamidiyah K.H. Achmad Sjaichu (1921-1995), Pimpinan Yayasan Islam Al-Hamidiyah (YIA) menyambangi Kantor Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jl. Ampera Raya, Jakarta Selatan (Selasa, 12/04/22). 


Rombongan Al-Hamidiyah terdiri dari: dr. H. Imam Susanto, Sp. BP (Direktur Utama YIA), Ir. Moch. Sutjahjo (Ketua Badan Pembina YIA), Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum (Kepala Pengasuh Pesantren), Marti Alifa, S.Psi (Wakil Direktur Pendidikan), M. Timmi Fauzan, SE (Kadiv. Sekretariat), dan Fathurrochman Karyadi, M.A (Kadept. Kesekretariatan dan Kominfo Pesantren). Rombongan diterima langsung oleh Kepala ANRI, Drs. Imam Gunarto, M.Hum, yang didampingi oleh Deputi Bidang Konservasi Arsip, Dr. Kandar, MAP.


“Setelah hadirnya Prof. Oman sebagai Pengasuh Pesantren, kami semakin tersadarkan bahwa peninggalan dan dokumentasi al-maghfur lah K.H. Achmad Sjaichu amat penting. Sebagai seorang filolog, Prof Oman sangat peduli pada pelestarian arsip. Sebelumnya foto-foto yang terkait Al-Maghfurlah hanya menumpuk di sudut kamar rumah, kini sudah kami kumpulkan. Hanya saja, kami pihak keluarga hampir tidak memiliki sama sekali rekaman pidato dan ceramah beliau,” tutur Ibu Marti Alifa.


“Bahagia sekali, kita berkesempatan melihat bagaimana Negara mengelola arsip dengan sangat baik dan luar biasa. Saya tentu berharap dokumentasi orang tua kami, Kyai Sjaichu, juga nanti dapat kita telusuri,” ungkap dr. H. Imam Susanto, Sp. BP, yang merupakan putra tertua KH. Achmad Sjaichu. 


“Prioritas kami sekarang memang ingin menelusuri dokumentasi audio pidato dan ceramah Kyai Sjaichu”, ujar Kepala Pengasuh Pesantren, Kyai Oman. 


“Beliau kan seorang tokoh besar, Ketua PBNU, Ketua DPR, Ketua Organisasi Islam Konferensi Asia Afrika, juga seorang orator, pastinya dokumentasi beliau banyak, bahkan beliau pernah menjadi Presiden Dewan Pusat Organisasi Islam Asia Afrika (OIAA) dan mendirikan Ittihadul Mubalighin (persatuan para pendakwah), kami ingin menghayati bagaimana beliau berpidato, apa pesan yang disampaikan, agar para santri di Al-Hamidiyah juga dapat mengambil pelajaran dan keteladanannya. Untuk itulah kami datang ke ANRI,” imbuh Kiai Oman, yang juga Pengampu Ngariksa.


“Kami haturkan terima kasih dan selamat datang di ANRI,” sambut Bapak Imam Gunarto, “ANRI memang diberi tugas oleh Negara untuk mengelola dan menyelamatkan arsip-arsip bersejarah sambil memberikan pembinaan ke instansi luar dan masyarakat. Kedatangan Bapak dan Ibu sangat menyenangkan bagi kami”.




Kepala ANRI juga menuturkan bahwa pihaknya baru saja membuat divisi baru yakni divisi memori kolektif bangsa seperti memory of the world.  Jika ada dokumentasi yang nilainya tinggi, kebangsaan, dan ingin tetap disimpan di lembaga, ANRI akan melakukan registrasi, lalu akan diberikan sertifikat dan diberi fasilitas preservasinya. Ada tanggung jawab pemiliknya untuk mengelola dengan baik, kalau tidak sanggup maka ANRI bisa membantu, sesuai peraturan UU, namun syaratnya harus dipublikasi ke masyarakat.


“Kalau membutuhkan tenaga ahli, kami akan menugaskan petugas kami untuk membantu. Jika arsip itu diserahkan kepada ANRI maka digitalisasinya akan diproses, keluarga diberi digitalnya, dan negara yang akan menyajikan K.H. Achmad Sjaichu kepada masyarakat, disebarluaskan dan disosialisasikan,” lanjut Bapak Imam Gunarto.


Arsip yang diserahkan ke ANRI akan mendapat tinta emas karena itu akan menjadi dokumen Negara, bukan dokumentasi keluarga. Bapak Imam Gunarto menyarankan, dokumen atau arsip terkait tokoh Nasional serahkan ke ANRI saja karena nanti tanggung jawab pengelolaan juga ada di negara. Pihak ANRI juga akan mengadakan acara resmi penyerahannya, berita acara dan sekaligus dipilih momen yang tepat untuk melakukan sosialisasi tokoh tersebut.


Dalam kesempatan itu, delegasi Al-Hamidiyah juga diajak berkeliling melihat gedung dan ruang penyimpanan arsip, ruang restorasi, ruang diorama, dan termasuk arsip VOC tertua asal tahun 1602, dan arsip teks Proklamasi Kemerdekaan RI.





Selanjutnya, pihak Pesantren Al-Hamidiyah rencananya akan membentuk tim khusus untuk bekerjasama dengan ANRI dalam hal melakukan dokumentasi dan digitalisasi dokumen keluarga. Selain itu, satu harapan yang diinginkan ialah menyusun sejarah hidup K.H. Achmad Sjaichu yang lebih komprehensif dalam bentuk buku sehingga bisa dinikmati masyarakat luas serta melengkapi buku atau biografi yang telah ada. 


“Pelestarian arsip yang bagus itu kan ada di pikiran, lalu disebarkan di masyarakat secara turun temurun sehingga menjadi living memory,” pungkas Bapak Imam Gunarto. 


Pewarta: Atunk