Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Berita
Home / Berita

PBNU Canangkan Pesantren Hijau sebagai Agen Perubahan Iklim, Al-Hamidiyah Depok Salah Satu Partisipan

Rabu, 23 November 2022 Oleh Kajis 803 kali

JAKARTA - Pesantren Al-Hamidiyah Depok menjadi salah satu dari tujuh pesantren yang diundang dalam acara Training Nasional Penggerak Pesantren Hijau. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Lembaga Amil Zakat-Infaq-Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU), Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) dan Bank Mega Syariah. Sebanyak 35 orang peserta mengikuti pelatihan ini di AONE Hotel Jakarta, (18-20/11/22).

Ketua LAZISNU Habib Ali Hasan Al Bahar menjelaskan tentang pentingnya umat Islam menjaga lingkungan, baik di darat maupun lautan. Beliau juga mengungkapkan tafsir dari Surat ar-Rahman tentang kata ala’ atau lu’lu’ yang berarti mutiara yang memancarkan.

"Jika dulu kiai pesantren mencetuskan Resolusi Jihad, maka kita saatnya merawat jagad dari pesantren. Kita terapkan fiqh bi’ah atau fikih lingkungan sesuai yang telah diajarkan para ulama. Dan kita beruntung berada di momen menjelang 1 Abad NU ini yang belum tentu ke depan kita temui lagi," tutur Sekretaris Prodi S-2 Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.


Acara ini dihadiri oleh banyak tokoh di antaranya; Ketua PBNU, K.H. Choirul Saleh Rasyid; Direktur Eksekutif NU Care-LAZISNU PBNU, Drs. Qohari Cholil; Wakil Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim LPBI PBNU, Maskut CandranegaraS.Pd.I, M.Pd; Pengurus RMI PBNU, H. Muhammad Rizqi Romdhon MH, M.Pd, Wakil Ketua LAZISNU PBNU, Rina Sa’adah, Lc, M.Si, Sekretaris LAZISNU PBNU, H. Moesafa, S.Fil.I; Pengurus Pusat NU Care-LAZISNU, Dr. Moch Bukhori Muslim, Lc, MA; dan lainnya.

Aktivis lingkungan, Gus Roy Murtadho menjadi narasumber pertama dalam acara ini. Ia membawakan materi Perspektif Islam tentang Lingkungan Hidup (Fiqhul Bi’ah).

“Pembalut yang dipakai perempuan tidak terurai tanah sebelum 400 tahun, nah kita di pesantren para santri putri semua memakai pembalut. Betapa berdosanya kita kepada bumi ini?”

Ia juga mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia masih berjiwa konsumtif. “Ketika kita masuk ke toko swalayan, kita gagal jadi diri kita sendiri. Ini itu semuanya serba mau. Mari kita tirakat plastik,” ungkapnya.


Narasumber kedua, Wakil Ketua LPBI PBNU Maskut Candranegara menyampaikan materi Pesantren dan Tantangan Perubahan Iklim. Ia mengatakan, perubahan iklim secara sederhana diartikan sebagai perubahan signifikan dari unsur iklim dan cuaca. Perubahan iklim terjadi diawali dengan adanya pemanasan global, yaitu kondisi dimana terjadi peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di antaranya terdiri karbon dioksida, metana, nitrogen, sehingga membuat konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer semakin meningkat.

“Untuk mencegah itu, yang bisa kita lakukan ialah di antaranya beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum, bersepeda atau berjalan kaki; kurangi penggunaan plastik, bisa dimulai dari membawa tas belanja sendiri, dan membawa botol minum sendiri; menghemat penggunaan energi listrik di rumah, misalnya dengan mematikan alat elektronik yang tidak dibutuhkan; Hindari membakar sampah serta membuang sampah pada tempatnya dengan dipilah sesuai jenisnya,” ungkap Maskut Candranegara, M.Pd.


Ranitya Nurlita dari Waste Hub menjadi narasumber ketiga. Ia menyampaikan materi Pesantren dan Waste Management dengan tajuk Green Pesantren NU. Penyelam atau diver ini mengungkapkan ayat dan hadits yang ia simpulkan bahwa bagian tertinggi dalam ibadah kita adalah kebersihan. 

“Saya belajar sampah sampai beberapa negara seperti Amerika. Di Hawaii, sampah bisa menjadi energi. Di Tokyo Jepang, ada kota tanpa sampah. Di China sudah ada artificial intelligence  alat untuk memindai atau scan, jadi melalui gawai saja sudah terdeteksi ini sampah jenis apa dan ke mana kita buang,” ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan, Indonesia penyumbang sampah organik terbesar setelah Saudi, terutama saat Ramadan. Sampah plastik juga nomor urut kedua di dunia kita ini. Ada penelitian setiap hari orang Indonesia membuang sampah 0,7 KG, kalau kini jumlah penduduk 260 juta berapa banyak mudarat yang telah kita keluarkan?


Materi Menuju Pesantren Mandiri Sampah menjadi materi terakhir yang disampaikan oleh Rafianti Yuschan-Wijayanti dari Bappenas. Di sesi ini, seluruh peserta mewakili pesantrennya masing-masing, diminata kerja kelompok melakukan rencana aksi untuk menggambar peta atau denah kawasan (school-eco-mapping), lalu identifikasi lokasi timbulan sampah dan identifikasi jenis-jenis sampah.

Setelah itu, membuat rencana program kerja pendek-menengah-panjang. Juga melakukan sosialisasi dan edukasi program; 3R dan Pemilahan Sampah. Pihak pesantren dianjurkan mengadakan pelatihan-pelatihan: kerajinan, pengomposan, budidaya larva belatung atau maggot (pemanfaatan kompos dan maggot; demplot pertanian dan perikanan atau peternakan). Yang terakhir, menabung sampah anorganik ke bank sampah.


Hari ketiga sebelum kepulangan peserta, acara ini ditutup dengan kunjungan studi banding salah satu pondok pesantren yang telah menjalankan konsep dan praktik dari Pesantren Hijau, yakni Ponpes Al-Hamid Cilangkap Jakarta Timur. Program Pesantren Hijau ini diharapkan menjadi pesantren percontohan dalam pengelolaan sampah secara mandiri, memaksimalkan penggunaan bahan ramah lingkungan, hemat energi, seimbang penghijauan, memaksimalkan ruang terbuka dengan pencahayaan alami di seluruh area-area pesantren.


Perlu diketahui bahwa Training Nasional Penggerak Pesantren Hijau selama tiga hari ini  merupakan kelanjutan dari kunjungan asesmen tim LAZIS-NU bulan Oktober lalu. Setelah pelatihan ini diharapkan Al-Hamidiyah menjadi salah satu Pesantren Penggerak usaha-usaha peningkatan dan pemeliharaan lingkungan hidup baik di lingkungan pesantren sekaligus menjadi agent of change di lingkungan yang lebih besar. Pesantren Al-Hamidiyah diwakili oleh tiga peserta dan dua pendamping K.H. Jauhari Sadji, Lc, Bapak M. Reza Fauzan Bobby, M.Ds, Rahmat Fajar Trianto, ST, Gus M. Hanif Alman Bimo, dan Fathurrochman Karyadi, MA.


Adapun enam pesantren lainnya yang mengikuti kegiatan ini ialah Pondok Pesantren (PP) MALNU Menes Pandeglang Banten, PP Zainul Hasan Genggong Jawa Timur, PP al-Kinaniyah DKI Jakarta, PP Mahasina Bekasi Jawa Barat, dan PP Al-Mubarok Mranggen Demak Jawa Tengah. 

Pewarta: Trianto, Bobby, Atunk