Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Opini
Home / Opini

HUT ke-36 Pesantren Al-Hamidiyah (1988 – 2024): Menebar Manfaat Menyemai Maslahat

Rabu, 17 Juli 2024 Oleh Irma Rahmawati 462 kali

"Menyongsong 36 Tahun Pesantren Al-Hamidiyah Menebar Manfaat Menyemai Maslahat"

Oleh: Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum, Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah

17 Juli, tiga puluh enam tahun lalu, K.H. Achmad Sjaichu (1921-1995) bersujud syukur karena cita-cita membangun Pesantren yang diidamkannya terwujud. Kiai Sjaichu adalah salah seorang putra terbaik bangsa, seorang santri aktivis yang berkarir di Nahdlatul Ulama (NU), merangkak dari bawah, hingga menjelma menjadi ulama terkemuka. Berlokasi di Desa Rangkapan Jaya Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Pesantren Al-Hamidiyah hingga kini berdiri megah, dengan fasilitas dan prestasi yang semakin bertambah.

Saya, santri yang masih berkekurangan ilmu, bersyukur ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa untuk berlabuh turut mengasuh, berkhidmat untuk melanjutkan cita-cita Almaghfurlah dalam menebar manfaat dan menyemai maslahat bagi umat, mendidik kader-kader santri muda menjadi generasi yang cerdas dan unggul bertalenta.

Saya meyakini, Pesantren Al-Hamidiyah warisan Kiai Sjaichu adalah contoh nyata bagaimana lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia memiliki daya tahan (resiliensi) tinggi, mampu beradaptasi dengan perkembangan, tanpa menanggalkan ruh dan warisan tradisi keislaman yang telah ratusan tahun teruji zaman.

Kiai Sjaichu adalah santri K.H. Ma’shoem Ahmad, atau Mbah Ma’shoem Lasem, yang membesarkannya dengan bekal tradisi keilmuan Islam klasik saat nyantri di Pesantren Al- Hidayat Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Kitab-kitab karangan para ulama abad pertengahan menjadi menu belajar Kiai Sjaichu, mulai dari kitab tipis satu jilid hingga yang tebal berjilid-jilid. Beragam ilmu keislaman diserap, mulai dari ilmu fikih, tafsir, hadis, tauhid, nahwu sharaf, dan pengetahuan Islam lainnya. Itulah yang menghantarkan dan mengubah seorang Sjaichu kecil, menjelma menjadi seorang tokoh Muslim Indonesia yang disegani di dunia Islam internasional sekalipun.

Pengalaman keilmuan, kecerdasan, dan kepribadian Kiai Sjaichu itu kini diterjemahkan menjadi program unggulan Pesantren Al-Hamidiyah dalam bentuk bimbingan spiritual, bimbingan keilmuan, dan bimbingan kepribadian kepada santri, yang nilai-nilainya dirumuskan dalam konsep Santri KITAB dan Jati Diri SANTRI.

Nilai-nilai Santri KITAB adalah Komunikatif, Inovatif, Terbuka, Argumentatif, dan Berintegritas. Itu dipadu dengan nilai-nilai Jati Diri SANTRI: Sederhana berjiwa mandiri, Anti kekerasan rendah hati, Nalar dan hati saling melengkapi, Tangguh dan percaya diri, Rajin belajar dan mengaji, serta Ikuti aturan disiplin diri. Nilai-nilai tersebut kini menjadi pedoman dalam pengasuhan, pendidikan, dan pembelajaran santri, dan sekaligus menjadi indikator capaian pembelajaran santri di akhir pendidikannya di Pesantren.

Namun, keberhasilan Pesantren Al-Hamidiyah saat ini bukan hanya karena kemampuannya menjaga tradisi. Lebih dari itu karena adanya sikap terbuka terhadap segala perkembangan dan perubahan zaman. Pesantren tidak hanya mempertahankan metode Sorogan dan Bandongan dalam pengajian kitab, melainkan mengintegrasikannya dengan Metode STEAMMI di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) di Direktorat Pendidikan.

Pendekatan dan nilai-nilai STEAMMI juga diadopsi dalam pengajian. Santri dilatih menyelesaikan suatu masalah melalui pendekatan inovasi, inkuiri, kolaborasi, dan berpikir secara kritis dengan dilandasi nilai-nilai Islami, agar mereka memiliki sifat kolaboratif, kritis, inovatif, dan argumentatif sehingga terbiasa dan komunikatif dalam menyampaikan pikiran dan gagasan.

Itulah ikhtiar Pesantren Al-Hamidiyah di usianya yang ke-36 ini. Kami segenap pimpinan, para Pembina (musyrif/musyrifah) dan Guru-guru berkomitmen untuk terus berkhidmat menyuguhkan bimbingan, pendidikan, dan pengasuhan terbaik bagi santri untuk menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah, mengajarkan pengetahuan, perilaku, dan sikap yang berbasis pada al-Qur’an, hadis, dan sumber keislaman yang muktabar dan bersanad kuat, serta membentuk watak santri yang tangguh dan siap beradaptasi dengan perkembangan zaman, demi terus memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan bagi kemanusiaan.

Bagi kami, menjadi bagian dari Pesantren Al-Hamidiyah tidak semata bekerja meski kebutuhan itu nyata dengan sendirinya. Lebih dari itu, dalam lubuk kalbu kami niatkan untuk berkhidmah pada ilmu, mengasah pengetahuan, dan “ngalap barokah” untuk kehidupan di masa depan.

Pengalaman hidup Kiai Sjaichu yang gemar berilmu, dipadu dengan kepribadian yang ditempa oleh kegetiran hidup yang berliku, prihatin, sederhana, dan mandiri, menjadi inspirasi untuk mencetak santri yang tangguh dan sukses menggapai cita-cita. Kami tidak akan pernah lelah mewarisi akhlak dan nilai-nilai kepribadian Kiai Sjaichu tersebut demi mencetak santri- santri generasi Muslim cerdas yang selalu mampu menebar manfaat dan menyemai maslahat bagi umat dan masyarakat.

Selamat Ulang Tahun ke-36 Pesanten Al-Hamidiyah! Berbahagialah seluruh keluarga besar Al-Hamidiyah. Meski telah banyak kemajuan, perjuangan belum selesai, jalan masih panjang. Mari terus berbenah, berkhidmah menggali potensi santri, melangkah menapaki tangga lebih tinggi, dengan sepenuh Ridla Ilahi, la haula wa la quwwata illa billah.