Tahun 1948, merupakan awal mula Kyai Sjaichu
terlibat di organisasi NU. Mulailah
ia terjun sebagai pengajar di Madrasah NU. Di samping
mengajar, ia juga menjadi ketua ranting NU Karang Menjangan. Pada kepengurusan
NU cabang Surabaya periode 1948-1950, ia ditunjuk sebagai salah satu ketua
Dewan Pimpinan Umum (Tanfidziyah), bersama KH. Thohir Bakri, KH. Thohir
Syamsuddin dan KH. A. Fattah Yasin.
Pada Tahun 1952, ia diangkat menjadi Ketua Fraksi Masyumi di DPRDS
Kota Besar Surabaya. Awal tahun 1950-an ia mendaftarkan diri menjadi pegawai
pemerintah dan bekerja di Kantor Pengadilan Agama Surabaya dan kemudian
berhasil menduduki jabatan sebagai Wakil Kepala. Baru setahun di Pengadilan
Agama, ia pindah ke Kantor Agama Kotapraja Surabaya.
Pada Tahun 1953, Sjaichu terpilih menjadi ketua LAPANU (Lajnah
Pemilihan Umum NU) daerah pemilihan Jawa Timur. Dan pada pemilu 1955, ia
diangkat menjadi anggota DPR dari Fraksi NU, dan pada tanggal 25 November 1958
ia ditunjuk sebagai Ketua Fraksi NU. Dalam kurun waktu 15 tahun sejak ia
menjadi anggota DPRDS di Surabaya, akhirnya KH. Achmad Sjaichu mencapai puncak
karier di gelanggang politik, dengan menjadi Ketua DPRGR pada tahun 1966. Di NU
sendiri KH. Achmad Sjaichu pernah menjadi salah seorang ketua PBNU, sampai
tahun 1979 (ketika berlangsung Muktamar NU di Semarang).
Sosok Kepemimpinan Kyai Sjaichu tidak hanya diakui secara
nasional, tetapi sampai ke level internasional. Pengakuan itu terbukti dengan
dipilihnya KH. Achmad Sjaichu sebagai presiden Dewan Pusat Organisasi Islam
Asia Afrika (OIAA) dalam konferensinya yang pertama di Bandung, tanggal 6-14
Maret 1965. KH. Achmad Sjaichu berhasil mengembangkan misi dakwah Islamiyah dan
misi perjuangan bangsa Indonesia dalam pentas politik internasional.
Setelah sekian lama menekuni dunia politik, beliau terinspirasi untuk mengembangkan minatnya dalam dunia dakwah Islamiyah. Semangat mengembangkan dakwah Islamiyah itulah yang dijadikan motivasi dalam keterlibatannya di pentas politik. Pada tanggal : 27 Ramadhan 1398 H, atau bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 1978, KH. Achmad Sjaichu mendirikan organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah, yaitu Ittihadul Muballighin. Lembaga inilah yang pada akhirnya mengantarkan KH. Achmad Sjaichu menuju terminal pengabdian terakhirnya, yaitu dunia dakwah dan pesantren.