Jihad Santri di Era Kemerdekaan

Minggu, 17 Agustus 2025 Oleh M. Yasir | 107 views

Img

Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Alhamdulillaahirabbil‘aalamiin, wash-shalaatuwas-salaamu‘alaa asyrafil anbiyaa-i wal mursaliin, wa ‘alaa aalihi wa as-haabihi wa man tabi‘ahum bi ihsaanin ilaa yaumid-diin, amma ba‘du.


Merdeka, Merdeka, Merdeka!. Syukur yang tiada terhingga patut kita panjatkan kepada Allah Swt. Delapan puluh tahun sudah Indonesia merdeka, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 dikumandangkan. Kemerdekaan ini adalah anugerah besar yang Allah berikan kepada bangsa Indonesia, hasil dari perjuangan panjang para pahlawan, termasuk para ulama dan santri pesantren yang ikut mengorbankan jiwa, raga, hingga nyawa. Kemerdekaan bukan hadiah, melainkan hasil jihad yang penuh keringat dan darah.


Tema nasional HUT ke-80 RI tahun ini adalah “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju.” Tema ini mengandung pesan yang relevan untuk seluruh rakyat, dan khususnya bagi para santri.


Dulu, santri dan kiai berjihad merebut kemerdekaan melawan penjajah. Kini, santri di Pesantren berjihad di medan ilmu, menempuh tirakat dan kesabaran, demi memerdekakan diri dari kebodohan. Jika pahlawan kemerdekaan dahulu berhadapan dengan bedil dan meriam, maka santri masa kini menghadapi tiga musuh besar yang tak kalah berbahaya: malas, mengeluh, dan hawa nafsu.


Perjuangan di pesantren pun penuh rintangan. Jadwal belajar yang padat, hafalan yang berat, hingga rindu keluarga yang menyesakkan dada adalah bagian dari latihan mental. Bukankah para pahlawan dulu juga ditempa di medan perang, di tengah hutan, dengan perut lapar dan rasa rindu kepada keluarga? Namun mereka tetap bertahan, karena mereka tahu: perjuangan tidak pernah sejalan dengan kenyamanan.


Jika senjata para pejuang dahulu adalah bambu runcing, maka senjata santri hari ini adalah sabar dan istiqamah. Jika strategi pejuang dahulu adalah gerilya, maka strategi santri adalah riyadhah, tirakat, zikir, dan muroja’ah.


Imam Syafi’i pernah berpesan: "Barangsiapa tidak sanggup menahan pahitnya belajar sekejap saja, ia akan menanggung pahitnya kebodohan seumur hidupnya."


Maka perjuangan santri tidak boleh berhenti di tengah jalan. Sebagaimana perjuangan para pahlawan berakhir dengan kemerdekaan Indonesia, perjuangan santri di pesantren harus berakhir dengan hilangnya kebodohan dalam diri.

Santri adalah pribadi tangguh. Ia bukan tidak pernah susah, tetapi ia tidak lari dari masalah. Ia hadapi tantangan dengan sabar, berjuang tanpa keluh, dan berusaha memberi manfaat bagi sekitarnya.


Dalam kerangka tema besar HUT ke-80 RI, santri dapat memaknainya dengan sederhana: “Bersatu Berdaulat” berarti hidup guyub, saling tolong-menolong, melatih kemandirian. “Rakyat Sejahtera” berarti santri bertekad menuntut ilmu hingga sejahtera lahir batin. Dan “Indonesia Maju” berarti santri harus sukses dalam ilmu, terbebas dari kebodohan, dan menjadi insan yang memberi manfaat bagi sesama.


Santri hari ini adalah penerus pahlawan kemerdekaan. Jika bangsa ini ingin terus merdeka, berdaulat, sejahtera, dan maju, maka jihad ilmu di pesantren harus terus dijaga, diwariskan, dan diwujudkan dalam amal nyata.


Merdeka, Merdeka, Merdeka!


Wallohu al-muwaffiqu ilaa aqwamith-thariiq.

Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.


Oleh: 

Prof. DR. KH. Oman Fathurahman M.Hum

Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah

Hubungi Kami untuk Informasi Pendaftaran dan Harga

Img