Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Berita
Home / Berita

Rembuk Sastra Pesantren di Tebuireng, Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah: Bangsa ini Butuh Rasa

Minggu, 04 Desember 2022 Oleh Kajis 1037 kali

JOMBANG, JATIM – Pesantren Tebuireng Jombang menjadi tuan rumah Simposium Sastra Pesantren yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Lembaga Seni Budaya Muslimin (Lesbumi) NU Jawa Timur (Jumat-Ahad, 2-4/12/22). Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum. hadir sebagai salah seorang narasumber.


Menurut Kiai Oman, keberadaan pesantren dan lembaga pendidikan Islam tradisional sejenisnya sejak berabad lalu telah melahirkan sebuah bentuk khazanah literatur keislaman yang luar biasa kaya. 


“Menengok sejarahnya, Sastra Pesantren itu luas, antara lain mencakup teks-teks didaktif keislaman bidang tauhid, tafsir, hadis, fikih, tasawuf, dan lainnya; sebagian lagi berupa teks-teks sastrawi yang sebagian mengandung unsur keindahan dan imajinasi (khayali),” jelasnya.



“Terlepas dari definisi dan batasannya yang masih perlu dirumuskan, bagi saya, karya-karya sastra yang dilekatkan dengan kultur dan dunia pesantren memiliki keunikan tersendiri untuk dikaji dan dilestarikan. Salah satu keunikannya adalah karena komunitas pesantren yang melahirkan karya-karya tersebut masih eksis, dengan berbagai tradisi lisan dan tuturan yang menggambarkan spiritualitas Islam,” tambah Kiai Oman. 


Kiai Oman menyarankan agar karya-karya sastra pesantren dikaji dengan menggabungkan pendekatan budaya, antropologi, etnografi, dan studi kelisanan, serta diarahkan untuk turut mengasah spiritualitas masyarakat, karena sastra pesantren memiliki kekhasan tersendiri, baik dalam tradisinya, maupun dalam bahasa dan aksaranya. 


“Bangsa ini butuh rasa, agar seimbang antara nalar, hati, dan empati. Kajian sastra pesantren berikut tradisi yang melingkupinya akan melahirkan produk pengetahuan yang mengandung ingatan bersama, gagasan, pikiran, rasa, seni, dan sekaligus teks tertulis yang dapat memberikan kontribusi,” paparnya.



Dalam pembukaan Simposium ini, Jumat malam (2/12), Pengasuh Pesantren Tebuireng, K.H. Abdul Hakim Mahfudz, menjelaskan bahwa Pesantren Tebuireng sangat mendukung perumusan segera Sastra Pesantren, untuk lebih mensyiarkan kontribusi dunia pesantren terhadap ke-Indonesiaan dan kemanusiaan.


“Karya susastra dengan keindahan tertinggi itu kan bersumber dari al-Quran. Jadi, bagi dunia pesantren, aspek keindahan adalah hal yang melekat dalam dirinya. Sastra pesantren harus dirumuskan dan terus digaungkan agar memberi kemanfaatan”, tegas Kiai yang akrab disapa Gus Kikin ini.




Ketua Lesbumi PWNU Jatim, Gus Nonot Sukrasmono, menjelaskan bahwa Simposium Sastra Pesantren ini diselenggarakan menjelang akhir kepengurusan Lesbumi PWNU Jatim di 2023.


“Kami tidak menduga, ternyata para narasumber berkenan hadir langsung, mungkin ini karena barokah Pesantren Tebuireng yang memang menjadi magnet tersendiri bagi insan pesantren”, ujarnya.


Sejumlah sastrawan, seniman, dan akademisi dari kalangan pesantren turut hadir berembuk dalam Simposium yang berlangsung sampai Minggu (4/12) ini, termasuk Muhammad Nizam As-Shofa, atau Gus Nizam, sang penggubah “Syi’ir Tanpo Waton”, juga Acep Zamzam Noor (Penyair/Lesbumi PBNU), Prof. Dr. Faruk Tripoli, S.U. (UGM), Prof. Dr. Djoko Saryono (UNM Malang), Bramantio. M.Hum (Universitas Airlangga), Dr. M. Adib Misbachul Islam M.Hum (UIN Jakarta).


Selain itu, ada juga Prof. Dr. Mujahirin Thohir (Universitas Diponegoro), Dr. Aguk Irawan, M.N. (UNU Yogyakarta), Dr. K.H. M. Luqman Hakim (Pengasuh Ponpes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin/Alumni Ponpes Tebuireng), dan Nor Ismah, Ph.D. (Komunitas Sastra Pesantren Mata Pena). Beberapa tokoh muda berpengaruh juga terlibat di antaranya Raedu Bahsa, Nasar Albatati, Mashuri, Achmad Taufik, Riadi Ngasiaran, dan lainnya.



Foto: Dimas/Tebuireng Online

Pewarta: Atunk