Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Opini
Home / Opini

Momen Indahnya Kebahagiaan Santri TPQ Saat Beralih dari KIBAR ke Al-Qur'an

Selasa, 03 Juni 2025 Oleh Irma Rahmawati 667 kali

Di setiap langkah kecil santri cilik dalam menapaki jalan ilmu, tersimpan kebahagiaan besar yang tak ternilai. Setiap huruf yang berhasil dilafalkan, setiap baris yang mampu dibaca tanpa dibimbing, adalah kemenangan tersendiri bagi anak-anak yang sedang belajar mencintai Kalamullah. Perjalanan mereka bukanlah sekadar proses belajar membaca, tetapi juga proses pembentukan adab, kedisiplinan, dan rasa cinta kepada Al-Qur’an.


Begitulah kiranya yang dirasakan di TPQ Al-Hamidiyah, saat seorang santri menyelesaikan pembelajaran buku ajar KIBAR—metode bertahap dan menyenangkan untuk belajar membaca huruf hijaiyah dan merangkai bacaan sederhana. Salah satu santri yang telah melewati proses pembelajaran tersebut adalah Arkha Ravindra Eligio, santri kelas 2C. Ananda Arkha masuk dan mengikuti kegiatan pembelajaran sejak kelas 1. Dengan semangat dan ketekunan, ia mempelajari Kibar A sampai Kibar C selama kurang lebih 2 tahun. Proses ujian kenaikan level Kibar dilaksanakan oleh guru Al-Qur’an yang berasal dari kelas lainnya, sehingga objektivitas kualitas bacaannya terjaga. Dalam ujiannya, ananda membaca Kibar C dari halaman 1 sampai 38 secara acak, dengan makhraj dan panjang pendek bacaan yang baik dan benar. Setelah ujian membaca, ananda juga menjalani tes hafalan bacaan salat, dimulai dari takbiratul ihram hingga salam. Setelah ananda memenuhi standar kelulusan, ia dinyatakan lulus dan khatam Kibar, serta melanjutkan ke tahap tadarus Al-Qur’an menggunakan mushaf. Ia pun memeluk mushaf itu erat, seakan menyadari bahwa kini dirinya telah memasuki fase baru dalam belajar agama—sebuah kebanggaan yang lahir dari ketekunan dan semangat yang tak pernah padam. Saat pertama kali membuka mushaf, wajahnya memancarkan kebahagiaan yang sulit disembunyikan. Ada binar di matanya, seolah mimpi kecilnya untuk bisa membaca langsung dari Al-Qur’an akhirnya terwujud. 


Cerita inspiratif lain datang dari Alariq Muhammad Razqa Bukit, juga dari kelas 2C di TPQ Al-Hamidiyah. Ananda Alariq mulai belajar di TPQ sejak kelas 1 dan menempuh pembelajaran Kibar A hingga C selama kurang lebih 2 tahun. Alariq dikenal sebagai santri yang sangat semangat dalam belajar, meskipun menghadapi tantangan dalam artikulasi. Ia membutuhkan waktu lebih lama untuk memperbaiki Makharijul huruf, namun hal ini tidak menghalangi semangatnya untuk terus belajar huruf hijaiyah. Dengan metode belajar yang menyenangkan dan menggunakan irama dalam pelafalan, ananda sangat menikmati prosesnya. Bahkan, latihan makhraj yang konsisten ini juga membantu perkembangan artikulasi bahasa Alariq secara umum. Kini, ia mampu melafalkan huruf-huruf hijaiyah dengan lebih jelas.


Ketika ananda menyelesaikan bacaan Kibar C dan mempersiapkan hafalan untuk ujian Kibar, sempat muncul keraguan dalam dirinya. Ia khawatir tidak mampu menghadapi ujian tersebut. Namun, guru yang mendampingi terus memberikan motivasi dan keyakinan, hingga akhirnya Alariq bersedia mengikuti ujian yang dilaksanakan oleh guru penguji. Dalam suasana gugup, ananda meminta untuk didampingi oleh guru kelasnya saat menuju ruang ujian. Dengan izin Allah swt, ananda berhasil melewati ujian bacaan dan hafalan dengan baik. Ketika guru penguji menyampaikan bahwa ia lulus, senyum bahagia dan lega terpancar dari wajah mungilnya. Perjuangan panjang dan semangat belajar yang luar biasa menjadi momen haru bagi para guru dan keluarganya. Kini, ananda Alariq juga telah memulai tadarus membaca Al-Qur’an, menapaki tahap baru dalam perjalanannya mengenal Kalamullah.


Momen ini menjadi titik balik yang menggetarkan hati. Dari sebelumnya terbiasa dengan buku yang penuh warna, petunjuk, dan simbol-simbol bantu, kini mereka duduk dengan mushaf Al-Qur’an yang suci. Suasana menjadi syahdu ketika tangan mungil itu menyentuh lembaran mushaf, membuka halaman pertama, dan mulai membaca بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ dengan suara yang masih polos namun penuh semangat. Di waktu seperti ini, mata para guru pun berkaca-kaca menyaksikan perkembangan luar biasa ini. Karena mereka tahu, perjuangan di balik pencapaian ini tidaklah mudah—penuh dengan latihan berulang, koreksi sabar, serta motivasi yang tak pernah padam.“Kami tidak hanya mengajarkan mereka membaca, tapi menanamkan rasa cinta dan hormat kepada Al-Qur’an. Ketika seorang santri pertama kali membaca mushaf, itu seperti menyaksikan benih iman mulai tumbuh kuat dalam dirinya,” ujar Ibu Ima Damayanti, salah satu guru TPQ Al-Hamidiyah.


Keberhasilan ini menjadi sumber semangat dan inspirasi bagi teman-teman di kelasnya. Kebahagiaan tidak hanya dirasakan oleh para santri, tetapi juga oleh guru, wali santri, bahkan teman-teman di kelasnya yang merasa seperjuangan. Suasana kelas pun penuh semangat baru, dan santri lain pun termotivasi untuk menyusul. Peralihan dari Kibar ke Al-Qur’an juga menjadi awal dari kematangan spiritual yang sejati seorang santri. Ini adalah bukti kerja keras, kesabaran, dan doa yang tak henti-henti dari semua pihak—guru yang sabar membimbing, orang tua yang setia mendampingi, dan santri yang terus berjuang.

Di TPQ Al-Hamidiyah, momen ini dirayakan dengan sederhana namun penuh makna. Sertifikat kelulusan Kibar dan doa bersama adalah bentuk apresiasi pada prestasi belajar santri. Yang paling penting lagi adalah tumbuhnya semangat baru dalam hati santri untuk terus membaca, memahami, dan mencintai Al-Qur’an. Semoga Allah mudahkan langkah Arkha dan Alariq, dan seluruh santri yang tengah menapaki perjalanan mereka hingga khatam Al-Qur’an. Semangat membaca Al-Qur’an adalah sebuah sumber kebaikan, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ:

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh.”  (HR. Tirmidzi, 2910).


Hadis ini adalah motivasi luar biasa bahwa setiap huruf dari Al-Qur’an membawa kebaikan berlipat. Maka, membaca, mempelajari, dan mengamalkan Al-Qur’an adalah jalan utama meraih keberkahan dan pahala besar bagi setiap muslim. Setiap. Sikap yang tepat adalah menjadikan tilawah Al-Qur’an sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, belajar membacanya dengan baik dan benar melalui ilmu tajwid, serta mendorong anak-anak dan keluarga agar tumbuh dalam cinta kepada Kalamullah. Mari kita bimbing dan dorong anak-anak kita untuk belajar Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh. Setiap huruf yang mereka baca adalah pahala bagi mereka dan juga untuk orang tua yang memotivasi. InsyaAllah, bersama kita bisa mencetak generasi Qur’ani yang membanggakan dunia dan akhirat. Barakallahu fiikum.



Penulis: Ira Asmara