Sekolah Al-Hamidiyah
Berita
Home / Berita

Pesantren Al-Hamidiyah Ramaikan Ngaji Kitab Ulama Nusantara

Senin, 28 Maret 2022 Oleh Irma Rahmawati 1229 kali

DEPOK - Pesantren Al-Hamidiyah menggelar pembukaan ngaji kitab dengan tema “Ngasuh” atau Ngaji Bersama Pengasuh (Kamis, 10/03/22). Kitab yang dikaji berjudul Bidayatul Hidayah karya al-Ghazali sekaligus syarah atau kitab komentarnya Maraqil ‘Ubudiyah karangan Syekh Nawawi al-Jawi al-Bantani. 

Untuk sementara, jamaah Ngasuh terbatas para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan internal di lingkungan Civitas Akademika Yayasan Al-Hamidiyah, meski rekamannya kemudian ditayangkan secara online di Kanal Youtube Al-Hamidiyah. Pengajian yang diikuti oleh 133 peserta melalui aplikasi Zoom Meeting itu diasuh langsung oleh Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman.

“Sebelum kita mulai, marilah kita membacakan Surat al-Fatihah untuk pengarang kitab, juga untuk guru-guru saya khususnya karena ini soal sanad ilmu. Sebagai santri, saya berkewajiban mendoakan guru-guru saya yang sebagian besar sudah wafat, antara lain K.H. Ilyas Ruchiyat di Pesantren Cipasung dan juga K.H. Saifudin Zuhri di Pesantren Salopa Haurkuning, keduanya di Tasikmalaya,” tutur Kiai Oman. 

Dalam catatan sejarahnya, ketika di Haurkuning, Kiai Oman memulai mengaji kitab tersebut pada 23 Sya'ban 1408 H atau April 1988. Titi mangsa itu ditulis di sampul depan bagian dalam oleh Kiai Oman yang hingga sekarang masih jelas dan bisa dibaca. Tidak dikira bahwa 34 tahun kemudian, beliau memulai mengajar kitab ini kembali di bulan Sya’ban, di Pesantren Al-Hamidiyah.

“Mari kita mulai dengan membaca basmalah”, ajak Kiai Oman, “Segala perbuatan yang tidak dimulai dengan basmalah maka perbuatan itu tidak sempurna”, lanjutnya saat menerangkan hadits tentang keutamaan basmalah. 

Ketika memaknai kitab, Kiai Oman terkadang memakai bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam tradisi pesantren di Pasundan, Jawa Barat, ini biasa disebut dengan istilah ngalogat. Sedangkan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur biasa disebut ngapsahi atau maknai.

“Di Sunda, ada ari-eta, kalau di Jawa ada utawi-iku, yang dalam ilmu nahwu menandakan mubtada’ dan khabar. Ini bagi santri penting sekali, karena tidak sembarangan loh para ulama merumuskan. Pelan-pelan nanti kita perkuat kembali tradisi pesantren ini,” ungkap Guru Besar Filologi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta tersebut. 


Ketika menerangkan tentang pengarang kitab, Kiai Oman menyebutkan bahwa Imam al-Ghazali memiliki banyak gelar, di antaranya yang ditulis “al-Imam” yang artinya adalah orang yang dijadikan panutan, “Al-Alim” yang berilmu, “Al-Allamah” itu al-alim jiddan orang yang berilmu tinggi, dan “Hujjatul Islam” yang menjadi dalil Islam. 

“Hujjatul Islam itu gelar bagi orang yang paling banyak menghafal dan menguasai hadits-hadits Nabi. Ada juga gelar al-Hafidz, yaitu mereka yang menghafal sekira 100.000 hadits, masih di bawah hujjatul Islam. Ada lagi gelar al-Hakim, yaitu mereka yang menghafal sekira 3.000 hadis. Hujjatul Islam di atas semua itu,” jelas Kiai Oman. 

Dalam ngaji Bidayah, Kiai Oman juga menganjurkan para peserta untuk membawa Syarah kitab Bidayah ini yakni kitab Maraqil ‘Ubudiyah karya Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani. “Ini bagian dari pengenalan kitab karya ulama Nusantara”, tegasnya.

“Di Pesantren Al-Hamidiyah, saya ingin mengenalkan turats ulama Nusantara. Turats itu artinya warisan budaya (heritage). Kita mulai dari Maraqil, nanti bisa berlanjut ke kitab karangan ulama Nusantara lain yang berbahasa Jawi atau Pegon. Jadi, kelak Al-Hamidiyah akan menjadi salah satu pesantren yang menghidupkan turats ulama Nusantara. Ini harus menjadi kekhasan kita” pungkas Kiai Oman.

Di akhir sesi Ngasuh, Ustadz Suma selaku moderator memberikan waktu 10 menit untuk tanya jawab. Para peserta antusias, bahkan ada salah satu penanya yang mengusulkan agar waktunya diperpanjang lagi. Ke depan, Pesantren Al-Hamidiyah berharap ngaji semacam ini bisa istiqamah dan diikuti oleh banyak guru, ustadz, karyawan di lingkungan Yayasan Islam Al-Hamidiyah.

Source: https://youtu.be/zKFYNSZrmqQ


Redaktur: Atunk