Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Berita
Home / Berita

Al-Hamidiyah Siapkan 125 Penggerak Program Pesantren Hijau PBNU

Senin, 23 Januari 2023 Oleh Kajis 1024 kali

DEPOK – Sebanyak 125 orang dari Pesantren Al-Hamidiyah Depok mengikuti pelatihan Pesantren Hijau selama dua hari, 21-22 Januari 2023. Mereka terdiri dari 25 ustadz, guru, pegawai dan staf di lingkungan Yayasan Islam Al-Hamidiyah (YIA) serta 100 santri dari Madrasah Tsanawiyah (Mts) dan Madrasah Aliyah (MA). Seluruh peserta akan menjadi penggerak atau change makers untuk memberi contoh pola hidup bersih, sehat, dan lestari di lingkungan YIA. 


Pelatihan ini diadakan berkat kerja sama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Lembaga Amil Zakat-Infaq-Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU), Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU), dan Bank Mega Syariah.



 

Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum mengatakan bahwa hidup ramah lingkungan, asri, dan hemat energi bukan hanya menjadi tugas sekelompok manusia, atau kalangan tertentu saja tapi merupakan tugas semua umat manusia.

 

“Menjaga lingkungan adalah tugas kita semua sebagai khalifah di muka bumi. Ini juga kita yakini sebagai tauhid, kepatuhan kita kepada Allah menjadi khalifah di bumi, menjaga kemaslahatan dan kelestarian hidup untuk semesta. Pesantren Hijau ini juga selaras dengan motto kita, Santri KITAB (komunikatif, inovatif, terbuka, argumentatif, dan berintegritas),” ungkap Kiai Oman, Sabtu (21/1/2023) sekaligus membuka resmi acara ini.



 

Direktur Eksekutif NU Care-LAZISNU PBNU, Drs. Qohari Cholil mengatakan bahwa isu lingkungan hidup sangat sesuai untuk menjadi pergerakan di dalam pesantren, dan ini bisa dilaksanakan oleh praktisi lingkungan serta para santrinya.

 

“Basis Nahdliyin (warga NU) adalah pesantren, dan pesantren adalah ekosistem NU. Tekad PBNU, ‘Merawat Jagad Pembangun Peradaban’, diturunkan ke pesantren lalu ke sekolah. Pesantren Darul Muttaqin dan Pesantren Al-Hamidiyah Depok kami nilai sudah hampir 100% menjadi prototipe menerapkan Pesantren Hijau, kita harapkan semakin meningkat dan bisa menjadi contoh untuk pesantren lain,” tuturnya. 

 

Di hari pertama, pelatihan ini digelar untuk 25 penggerak dari kalangan guru, karyawan, dan pengurus di lingkungan Yayasan Islam Al-Hamidiyah.  Acara dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB hingga 13.00 WIB dengan menghadirkan dua narasumber. Dipandu oleh Ketua Pelaksana Program Pesantren Hijau, Riri Khariroh.

 


Narasumber pertama, Maskut Candranegara, M.Pd Wakil Ketua LPBI NU, PBNU, menerangkan tentang komponen Pesantren hijau meliputi tata kelola sampah, tata kelola air, energi baru terbarukan (ebta), dan ruang terbuka hijau (taman pesantren).

 

“Ada beberapa cara menghemat energi di lingkungan pesantren di antaranya; tidak terlalu sering menggunakan AC untuk ruangan kelas, sebab bisa juga memanfaatkan ventilasi udara alami, menyalakan komputer dan perangkat-perangkat lain di laboratorium pada saat hendak digunakan saja,” ungkapnya. 




Hermansyah, pendiri Bank Sampah Induk Rumah Harum Depok, menjadi narasumber kedua dalam pelatihan tersebut. Dirinya mengungkapkan, banyak orang melihat sampah sebagai masalah, padahal sejatinya itu bisa menjadi peluang usaha.

 

“Berkah dari sampah, saya bisa umroh dan juga ke Jepang. Menangani sampah memang harus ada ilmunya. Perlu diketahui bahwa penanganan sampah ada reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi), dan recycle (mendaur ulang). Dari ilmu itulah saya juga mendirikan Bank Sampah, sebagai solusi juga merawat lingkungan, bukankah kita masuk surga berdasarkan amal yang disukai Allah, tidak karena banyaknya amal,” jelasnya.

 

Materi pada  hari kedua adalah ‘Peran Santri dalam Mewujudkan Gerakan Pesantren Hijau’, dibawakan oleh Fitria Ariyani, S.Ag, MM, dari Bank Sampah Nusantara (BSN) sekaligus Direktur Yayasan Rumah Edukasi Lingkungan.



 

Di hadapan 100 santri terpilih dari Pesantren Al-Hamidiyah, ia menerangkan betapa pentingnya memilah sampah. Ia juga menerangkan perbedaan sampah basah dan kering.

 

“Maksud sampah basah adalah organik yang mudah terurai, mengandung air, seperti sisa makanan, kulit buah, kotoran hewan, daun, dan lainnya. Kalau sampah anorganik itu sampah yang sulit terurai, seperti plastik, kaleng minuman, botol, kaca, kertas, dan sebagainya, ” terangnya, Ahad (22/1/2023).



 

Melalui kegiatan ini, Pesantren Al-Hamidiyah menjadi titik pertama dari pelatihan santri dan penggerak program nasional Pesantren Hijau. Berdasarkan informasi yang didapat, ada tujuh pesantren selanjutnya yang menjadi prototipe program Pesantren Hijau yakni, (1) Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo; (2) Pesantren Al-Mubarok Mranggen Demak; (3) Pesantren Mahasina Bekasi; (4) Pesantren Al-Hamidiyah Depok; (5) Pondok Pesantren Al Kenaniyah Jakarta Timur; (6) Pondok Pesantren Al-Hamid Cilangkap; (7) Pondok Pesantren Mathla'ul Anwar Linahdlatil Ulama (MALNU) Menes, Banten.


Foto: Isra/Markprom

Pewarta: Atunk