Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Berita
Home / Berita

Amati Budaya Keterbukaan di Pesantren, Tiga Profesor Universitas Kyoto Jepang Kunjungi Al-Hamidiyah

Selasa, 07 Februari 2023 Oleh Kajis 1131 kali

DEPOK – Tiga akademisi asal Jepang mengunjungi Pesantren Al-Hamidiyah, Depok (Jumat, 3/02/23). Mereka adalah Prof. TONAGA Yasushi (ASAFAS, Kyoto University), Prof. OKAMOTO Masaaki (CSEAS, Kyoto University), dan TAKAO Kenichiro, Ph.D (Middle East Institute of Japan). Mereka disambut dengan alunan seni hadroh para santri Pesantren Al-Hamidiyah.

 

Kunjungan para peneliti dari Universitas Kyoto ini merupakan atas inisiatif dan undangan Kepala Pengasuh Pesantren, Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum, untuk mengamati, bertemu, dan berdialog dengan para santri serta jajaran tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Yayasan Islam Al-Hamidiyah.

 

Konnichiwa. Selamat datang di Pesantren Al-Hamidiyah,” sambut Kiai Oman seraya menjelaskan sejarah berdirinya Pesantren yang digagas oleh tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Achmad Sjaichu, ini. “Pesantren kami memegang prinsip mempertahankan nilai-nilai tradisi klasik Islam seraya terbuka mengadopsi nilai-nilai, kurikulum, serta metode pengajaran baru yang lebih baik sesuai perkembangan zaman,” tegasnya.



 

Di hadapan para santri, Kiai Oman memperkenalkan bahwa para profesor Jepang ini datang ke Indonesia karena tertarik untuk mengetahui dan mengamati sikap beragama orang Indonesia yang terkenal santun, moderat, dan ramah, lalu membandingkannya dengan umat beragama di negara lain, seperti Turki dan Pakistan. 

 

“Kita juga bisa belajar dari para profesor Jepang ini dalam hal pentingnya mempelajari dan memahami budaya lain yang berbeda. Tonaga-sensei adalah pengkaji tasawuf, ahli sejarah Turki, dan menguasai 40 bahasa-bahasa dunia, termasuk bahasa Indonesia. Ia juga pernah tinggal dan belajar bahasa Arab di Kairo,” jelas Kiai Oman.

 

Profesor Tonaga mengaku terkesan dengan sikap ramah dan terbuka masyarakat Muslim Indonesia, termasuk keluarga besar Al-Hamidiyah. “Kita tahu bahwa di belahan dunia lain, wajah Islam sering dicitrakan dengan kekerasan. Kami di Jepang ingin mengangkat citra lain praktik beragama yang damai dan santun. Apalagi di Indonesia ada kebijakan moderasi beragama. Ini yang membuat kami tertarik datang ke Indonesia, termasuk ke Pesantren Al-Hamidiyah,” ungkapnya.



 

Para tamu Jepang, yang umumnya sudah mengerti dan bahkan berbahasa Indonesia, itu mengaku senang bisa bertemu dan berdiskusi dengan para santri Pesantren yang mengusung slogan Santri KITAB (Komunikatif, Inovatif, Terbuka, Argumentatif, Berintegritas) dan metode STEAMMI (Science, Technology, Engineering, Art, Math, Montessori, Islamic) ini.

 

“Sebelumnya, kami beranggapan bahwa pesantren di Indonesia itu ya bersifat tradisional saja. Tapi setelah datang ke Al-Hamidiyah ini kami menyadari ternyata ada pesantren yang bisa memadukan pelajaran tradisional dan modern; pandangan keagamaan para pimpinan Pesantrennya juga sangat progresif. Sungguh sangat mengesankan. Saat pulang, kami akan sampaikan kabar baik ini kepada orang-orang Jepang,” ungkap Prof. Okamoto.

 

“Pesantren Al-Hamidiyah sangat mengesankan. Saya tidak hanya merasakan kehadiran tradisi Islam, tetapi juga ada nuansa modern. Tidak hanya sistem pengajarannya, tetapi juga bangunananya itu sendiri, bahkan keharmonisan antara tradisional dan progresif sangat mengesankan,” tutur Prof. Tonaga.

 



 

Dalam sesi diskusi, sejumlah santri Al-Hamidiyah pun membuat para tamu Jepang tercengang karena sebagian mereka fasih berbahasa Arab, Inggris, dan bahkan ada yang bisa berbahasa Jepang. Mereka antusias bertanya tentang sistem pendidikan di Jepang, budaya disiplin, dan tak lupa juga bercerita tentang anime Jepang kesukaannya.


“Bagi kami, pesantren sangat unik. Kalian belajar bersama di sini, makan bersama, mandi antri bersama, semuanya serba bersama. Belum lagi kalian punya banyak teman, baik seangkatan, adik kelas, maupun kakak kelas. Juga berasal dari mana-mana saja. Di masa depan hal-hal ini sangat berguna dalam kehidupan kalian,” TAKAO-sensei menjawab pertanyaan santri.



 

Di akhir diskusi, Direktur Pendidikan, Dr. Farida Wulandari, M.Pd, berpesan kepada para santri agar mengambil pelajaran dari kedatangan para tamu dari Jepang ini, “Jadilah santri yang memegang teguh nilai-nilai disiplin dan kerja keras sebagaimana berkembang dalam budaya masyarakat Jepang,” ungkapnya.

 

Setelah berdiskusi dan ramah-tamah, Kiai Oman dan segenap pimpinan Yayasan mengajak para tamu berkeliling meninjau fasilitas dan infrastruktur Al-Hamidiyah, termasuk gedung baru madrasah yang rencananya akan dijadikan sebagai ruang kelas percontohan dengan nuansa seni peradaban kaligrafi Islam. Tak lupa, Kiai Oman juga mengajak Prof. Tonaga untuk sejenak berziarah dan mendoakan pendiri Pesantren, Kiai Achmad Sjaichu.



 

Hadir juga dalam rangkaian acara ini: H. Achmad Fauzi, Dr. Farida Wulandari, M.Pd, Marti Alifa F, S.Psi, Husnayah Al-Hudayah, M.Psi, Achmad Firdaus, MM, Drs. KH. Zainuddin Ma’shum Ali, K.H. Abdul Rasyid M, Lc, K.H. Jauhari Sadji, Lc, M. Reza Fauzan Bobby, M.Ds, sejumlah kepada Divisi dan Kepala Departemen, khususnya Kepala Madrasah Aliyah, Kepala Madrasah Tsanawiyah, dan Kepala Kepesantrenan.



Foto: Raja/Rio/Markprom/Kominfo AHA

Pewarta: Atunk