Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Berita
Home / Berita

Berbekal Ilmu dari Pesantren, Pengasuh Al-Hamidiyah Raih Habibie Prize 2023

Sabtu, 11 November 2023 Oleh Kajis 312 kali

JAKARTA – Yayasan Islam Al-Hamidiyah Depok berbahagia atas dinobatkannya Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum, sebagai satu-satunya penerima Habibie Prize 2023 di Bidang Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan. Penghargaan prestisius ini diberikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), di Auditorium Sumitro Djojohadikisimo BRIN Jl. M.H. Thamrin No. 8 Jakarta (Jumat, 10/11/ 2023).

Ibu Marti Alifa Fauzia, S.Psi, Wakil Direktur Pendidikan Yayasan berharap dengan penghargaan Habibie Prize 2023 ini, Al-Hamidiyah menjadi lebih dikenal luas dan para santri mengambil teladan, akhlak, dan dedikasi Kiai Oman.

"Kami sangat bersyukur dengan kehadiran Kiai Oman di tengah-tengah kami, di Pesantren Al-Hamidiyah, beberapa continual improvement bersama kami lakukan. Sisi pendidikan karakter, kami mengusung nilai Santri KITAB dan jatidiri santri. Manajemen Pesantren lebih tertata, ada program gaji kitab bersama pengasuh, dan telah berhasil mendapat sertifikasi ISO 9001 versi 2015," tutur Bu Aty yang merupakan cucu Almaghfurlah K.H. Achmad Sjaichu, Pendiri Al-Hamidiyah.





Kesuksesan Kiai Oman menjadi sumber kebanggaan bagi kalangan santri sekaligus menegaskan peran sentral pesantren dalam memberikan kontribusi signifikan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kiai Oman mencerminkan kontribusi pesantren dalam membawa nuansa intelektual yang membanggakan dalam ranah ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan.

“Saya tidak pernah membayangkan akan mendapat penghargaan Habibie Prize yang sangat prestisius ini. Sebagai santri yang berbekal ilmu dari pesantren, cita-cita menjadi mahasiswa, bisa kuliah, dan menjadi sarjana saja sudah cukup bagi saya," ungkap Kiai Oman.

Kehausannya akan ilmu dan baktinya kepada pesantren, akhirnya mengantarkannya menggeluti dunia sunyi "filologi" serta kitab kuning. Sejak menempuh studi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta S1 dan S2, Kiai Oman fokus ke disiplin filologi, bahkan S3 di Universitas Indonesia pun dirinya tidak berpindah hati.




Bagi pengajar kitab Sullam al-Tawfiq di Pesantren Al-Hamidiyah ini, filologi merupakan sebuah alat  atau  perangkat  metodologis untuk melakukan investigasi ilmiah atas teks-teks tulisan tangan (manuscript) dengan menelusuri sumbernya, keabsahan teksnya, karakteristiknya, serta sejarah lahir dan penyebarannya.

Salah satu kontribusi besar Kiai Oman hingga mengantarkan penghargaan ini ialah, keberhasilannya menemukan “filologi plus” yakni filologi yang dipadukan dengan kajian Islam atau sejarah sosial intelektual Islam di Indonesia.

“Dalam  berbagai  kesempatan,  saya  sering  menekankan agar seorang filolog tidak berhenti sebagai penyedia teks kuno menjadi siap baca saja. Lebih dari itu, filolog harus melakukan kontekstualisasi teks yang telah disuntingnya sehingga ia juga ikut membaca dan menafsirkannya, kemudian saya memperkenalkan apa yang disebut sebagai “Filologi Plus”, kerja filologi yang dilakukan secara interdisiplin atau multidisiplin dengan kajian ilmu lain,” jelas Kiai Oman.




Habibie Prize, yang sebelumnya dikenal sebagai Habibie Award, merupakan wujud apresiasi dari BRIN dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Yayasan SDM IPTEK. Kiai Oman dipilih melalui proses seleksi ketat, menempatkannya sebagai satu-satunya penerima penghargaan di bidang Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan.

Capaian luar biasa Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum sebagai satu-satunya penerima Habibie Prize tahun ini menegaskan bahwa pendidikan pesantren mampu mengantarnya meraih prestasi gemilang. Kesuksesan ini menginspirasi, memberikan pesan bahwa santri dan kiai juga seharusnya dihargai sebagai ilmuan sejajar dengan fisikawan, insinyur, dan dokter.


Pewarta: Atunk

Foto: Raja