Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Dakwah
Home / Dakwah

Khutbah: Makna Sya’ban dan Syair Sayyidina Ali

Minggu, 20 Maret 2022 Oleh Irma Rahmawati 2376 kali

Mimbar Jumat Masjid Jami Al-Hamidiyah  (18/03/22) Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum. sebagai Khatib.

Dalam khutbahnya, Khatib menyampaikan:

"Saya berwasiat untuk diri sendiri dan umumnya untuk para jamaah sholat Jumat di Masjid Jami Al-Hamidiyah Depon yakni dengan kalimat takwa: التقوى هو امتثال اوامر الله عز وجل ، واجتناب نواهيه. Yakni, menuruti segala perintah Allah yang Maha Tinggi dan Maha Besar serta menjauhi laranga-Nya,” kata khatib dengan tenang.

Kiai Oman mengingatkan jamaah akan pentingnya bulan Sya'ban. Di bulan ini, kaum Muslim diajari untuk memperbanyak membaca doa dari bulan Rajab hingga sampainya di pertengahan bulan Sya'ban yang dikenal dengan Nisfu Sya'ban. Beliau juga berharap agar usia kita semua dapat bertemu dan beribadah di bulan Ramadhan yang dalam beberapa minggu ke depan akan menyapa umat manusia seluruh dunia. Di pertengahan bulan Sya’ban (Nisfu Sya'ban) bahkan ada tradisi membaca Surat Yasin 3X disertai bacaan doa tertentu yang diamalkan oleh Salafunas Sholih baik Kiai, Ajengan, Habaib.

 Tidak lupa, Kiai Oman juga mengutip sebuah hadits dialog Rasulullah dengan para sahabatnya:

 “.اتدرون لما سمي شعبان؟ قالوا الله ورسوله اعلم قال لانه يتشعب فيه خيرا كثيرا

“Tahukah kamu sekalian kenapa bulan ini dinamakan Sya'ban? Para sahabat menjawab Allah SWT dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Bersabda Rasulullah Saw banyak karena pada bulan segala kebaikan akan bercabang banyak,” seru Kiai Oman. 

"Pertanyaan Rasulullah bermaksud bagaimana cara mengedukasi," tegas Kiai Oman, “Sya’ban maknanya bercabang, karena kebaikan itu amat beragam tidak terhitung di bulan Sya'ban.  Kesempatan kita sebagai orang yang bertakwa pada momen Nisfu Sya'ban hendaknya berdoa meminta rezeki (thalabur rizqi), ampunan (mahgfirah), umur panjang (umrun thawil), dan lebaikan (hasanah).

Guru Besar Filologi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut menambahkan, "Doa yang banyak saja, kita tidak pernah tahu yang mana doa yang dikabulkan".

Diketahui bahwa bulan-bulan yang ada pada doa ini ibarat tiga serangkai yakni; (1) Rajab litathhiri lbadan untuk mensucikan atau membersihkan jasmani; (2) Sya'ban litathhiril qalb untuk mensucikan hati dan; (3) Ramadhan litathhirir ruh untuk mensucikan ruh. Seorang yang Majnun atau gila tidak ada ruhnya dia tidak akan bergerak.

“Pada bulan Ramadhan, ruh kita akan menjadi suci jikalau kita melewatkan bulan-bulan sebelumnya,” lanjut pengampu Ngariksa atau Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara ini, “Dengan usaha atau kesungguhan kita untuk meraih keutamaan yang ada pada bulan Rajab, Sya'ban dan kita akan sampai pada bulan untuk mensucikan ruh kita maka kita masih dalam keadaan butuh ilmu dan karena salah satu syarat mencari ilmu itu kesungguhan.”

Kiai Oman juga mengutip sebuah syair masyhur dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kr: 

اَلا لاَ تَناَلُ اْلعِلْمَ  إِلاَّ بِسِتَّةٍ     سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ

ذَكاَءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِباَرٍ وَبُلْغَةٍ     وَإِرْشَادِ أُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ

“Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi enam syarat. Saya akan beritahukan keseluruhannya secara rinci., aitu: kecerdasan, kemauan, sabar, biaya, bimbingan guru, dan waktu yang lama.”

"Bulan-bulan kemarin yang telah berlalu jika tidak dimanfaatkan maka tidak akan pernah menjadi orang sukses," terang Kiai Oman, ”Pemuda itu jikalau ia tidak punya keyakinan jati diri untuk meraih  ketakwaan, ia tidak akan mendapatkan makam mulia yakni ditinggikan oleh Allah Ta'ala, wujud takwa adalah mencari ilmu terus, dan menambah ilmu pengetahuan.”

 بارك الله لي ولكم في القران الكريم ونفعني واياكم بما فيه من الايات وذكر الحكيم اقول قولي هذا  استغفر الله العظيم من كل ذنب انه هو التواب الرحيم.

 

 Penulis : Abdul Mun'im Hasan

Komentar

1000 Karakter Tersisa


0 Komentar


Belum ada komentar