Yayasan Islam Al-Hamidiyah
Dakwah
Home / Dakwah

Junub dan Tayamum dalam Islam: Berbagi Hikmah di Pesantren Al-Hamidiyah

Selasa, 29 Agustus 2023 Oleh Kajis 727 kali

Pesantren Al-Hamidiyah Depok menjadi saksi perhelatan pengajian kitab Al-Adzkar yang dilaksanakan secara rutin setiap Jumat. Kali ini (18/08/23), suasana lebih istimewa karena pengajian yang diselenggarakan di Masjid Jami’ Al-Hamidiyah tersebut diikuti santri kelas 7 dan 10 yang baru memulai perjalanan mereka di pesantren. Pengajian ini mempertemukan para santri dengan bab penting yang membahas tentang Junub dan Tayamum dalam Islam.

Dalam suasana penuh antusias, santri putra dan putri terlihat begitu bersemangat mengikuti pengajian ini. Kitab "Al-Adzkar" menjadi fokus utama pengajaran, sebuah karya monumental dari Imam Nawawi yang mengumpulkan doa-doa, dzikir, dan wirid-wirid yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Keberadaan kitab ini menjadi rujukan penting bagi umat Muslim dalam memperkuat ikatan spiritual dengan Sang Pencipta.

Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Prof. Dr. K.H. Oman Fathurrahman, M.Hum, sebagai pengampu pengajian kali ini. Beliau membimbing para santri dalam memahami bab Junub dan Tayamum. Junub merujuk pada keadaan setelah berhubungan suami istri atau hal-hal lain yang memerlukan mandi besar. Kiai Oman menjelaskan langkah-langkah mandi junub, meliputi niat, membilas seluruh tubuh, membersihkan organ intim, serta menghilangkan najis jika ada.

Tak kalah menarik, pengajaran juga membahas Tayamum, alternatif pengganti wudhu atau mandi junub ketika air tidak tersedia atau tidak dapat digunakan. Tayamum dilakukan dengan mengusap wajah dan tangan dengan menggunakan debu atau tanah yang bersih. Langkah-langkah tayamum dijelaskan dengan cermat, termasuk niat dan proses pengusapan yang sesuai dengan ajaran Islam.

"Keduanya, baik Junub maupun Tayamum, merupakan bagian integral dari praktik kebersihan dan kesucian dalam Islam," tegas Kiai Oman, "Tayamum memberikan fleksibilitas kepada umat Muslim dalam menjalankan ibadah, bahkan di saat air sulit diperoleh."

Tayamum dapat dilakukan sebagai pengganti mandi junub bagi seseorang yang berada dalam keadaan tidak suci karena junub. Tayamum dilakukan dengan mengusap wajah dan kedua tangan dengan menggunakan debu atau tanah yang bersih dan suci. Langkah-langkah melakukan tayamum, yaitu berniat untuk membersihkan diri dari keadaan junub dengan tayamum, sentuh tanah yang bersih, atau debu yang berasal dari tanah yang suci, usap seluruh wajah, dari kening hingga dagu, dengan tangan yang telah menyentuh tanah, dan usap kedua tangan dengan tangan yang telah digunakan untuk menyentuh tanah. 

Tayamum berfungsi sebagai pengganti mandi besar (mandi junub) atau wudhu (bersuci dengan air) ketika air tidak tersedia atau tidak dapat digunakan karena alasan tertentu, seperti ketika seseorang berada di tempat yang airnya langka atau terbatas.

Tayamum memungkinkan umat Muslim untuk tetap menjalankan kewajiban ibadah dalam situasi yang sulit atau darurat, seperti saat berada di perjalanan atau dalam kondisi kesehatan tertentu yang mencegah mereka menggunakan air. slam mengutamakan kemudahan bagi umatnya dalam menjalankan ibadah. Tayamum adalah salah satu contoh fleksibilitas agama dalam memberikan alternatif ketika kondisi mengharuskan seseorang untuk meninggalkan penggunaan air.

Jadi, kesimpulan dari kedua hal tersebut adalah Junub adalah kondisi keadaan setelah aktivitas tertentu yang memerlukan mandi besar untuk membersihkan diri sebelum melaksanakan ibadah tertentu. Tayamum adalah alternatif pengganti wudhu atau mandi jika air tidak tersedia atau tidak mungkin digunakan, yang menggunakan debu atau tanah sebagai pengganti air untuk membersihkan diri sebelum melaksanakan ibadah tertentu. Keduanya adalah bagian penting dalam praktik kebersihan dan kesucian dalam agama Islam, dan digunakan untuk memastikan seseorang dalam kondisi yang sesuai untuk melaksanakan ibadah dengan baik.

Pesantren Al-Hamidiyah telah melahirkan momen berharga bagi para santri dalam memahami dan merasakan makna bab dari Junub dan Tayamum. Praktik ini bukan hanya menunjukkan ketaatan dalam menjalankan ibadah, tetapi juga mengajarkan pentingnya fleksibilitas agama dalam menjawab kebutuhan umat dalam kondisi berbeda.

Pengajian ini bukan sekadar pembelajaran, tetapi juga pemicu diskusi dan refleksi yang mendalam tentang esensi Islam dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Pesantren Al-Hamidiyah terus berkomitmen untuk menjadi wahana yang memberikan wawasan dan kebijaksanaan dalam menjalani ajaran agama dengan segenap pengaruhnya.


Oleh: Tezar Fadillah, Santri Pesantren Al-Hamidiyah Depok Kelas XII MA

Foto: Linda



Komentar

1000 Karakter Tersisa


0 Komentar


Belum ada komentar