Pesantren Al-Hamidiyah
Home > Berita
Berita

Peringati Nuzulul Qur’an, Pesantren Al-Hamidiyah Tekankan Akhlak dan Ilmu

Sabtu, 23 April 2022 Oleh Kajis 1537 kali

 

DEPOK – Nuzulul Qur’an merupakan momen peringatan turunnya Al-Qur’an di bulan Ramadan. Pesantren Al-Hamidiyah Depok mengadakan acara tersebut dengan mengangkat tema ‘Berakhlak Qur’ani Membangun Jati Diri Santri’. Hadir sebagai penceramah Dr. K.H. Khoirul Huda Basyir, Lc., M.Si, Pengasuh Pesantren Al-Kaukab Bogor (Jumat, 22/04/22).

 

Acara yang diselenggarakan di Masjid Jami’ AL-Hamidiyah itu juga diikuti oleh peserta secara daring melalui Zoom dan siaran langsung di YouTube. Di antara tokoh yang hadir lainnya, Syekh Kholeel Al Obaidi dari Iraq (Musyrif Pesantren Al-Kaukab), Dr. H. Ahmad Zayadi, M.Pd. (Sekretaris Badan Amil Zakat Nasional/Baznas), dr. H. Imam Susanto Sjaichu, Sp.B., Sp.BP-RE(K). (Direktur Utama Yayasan Islam Al-Hamidiyah/YIA) dan istri Ibu Hj. Aasye Mariah, Bapak Lukman Hakim Saifuddin (Mustasyar YIA), Ir. H. Achmad Fauzi (Dewan Pembina), Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum. (Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah) dan istri Ibu Hj. Husnayah Alhudayah, K.H. Abdul Rasyid Marhali, Lc., KH. Jauhari Sadji, Lc. (keduanya Wakil Pengasuh), Ust. Suma Wijaya, M.Ikom. (Kepala Pesantren), dan melalui daring Dr. Farida Wulandari, M.Pd. (Direktur Pendidikan YIA), Marti Alifa F, S.Psi. (Wakil Direktur Pendidikan), Ira Asmara, S.Pd., MM. (Kepala MA), serta lainnya.



 


 

“Tahun 2022 ini, kami jadikan sebagai tahun Al-Qur’an dan sejak bulan Januari sudah kita mulai. Alhamdulillah, seorang ustadz kita sedang mondok di Pesantren Ilmu Al-Qur’an di Singosari, Malang, untuk mempelajari metode Al-Qur’an Bil Qolam, metode Jibril, sebuah metode yang dicetuskan oleh K.H. Basori Alwi. Dalam sejarahnya, ketika Kiai Basori Alwi melakukan studi banding mempelajari Al-Qur’an ke luar negeri, Al-Maghfurlah K.H. Achmad Sjaichu, pendiri Pesantren Al-Hamidiyah inilah yang memberikan rekomendasi,” ungkap Kiai Oman. 

 

Guru Besar Filologi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta ini juga membacakan nama-nama santri yang berprestasi di tingkat nasional dan diminta berdiri di tengah-tengah para santri lainnya sebagai contoh santri teladan. Mereka adalah (1) Mawan Hardika, XI MAK: Juara 3 Kontes Dai dari Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional, (2) Hud Nur Muslim, X MAK: Medali Emas, Bahasa Inggris tingkat Nasional, (3) Tezar Fadillah, X IPS: Medali Perak, Geografi tingkat Nasional, (4) Syamil Hafizh, X IPA: Medali Perunggu, Matematika tingkat Nasional, (5) Siti Ayla Khana Putri: Medali Emas, Ekonomi Olimpiade Sain dan Statistika Nasional (OSSN), (6) Rafilah Delphinia Linisa: Medali Perak, Bahasa Inggris OSSN, (7) Azizatul Aula: Medali Perunggu, Geografi  OSSN, dan (8) Tyas Suri Mawardhani: Medali Perunggu, Geografi OSSN.  



 

“Untuk para santri putra dan putri Al-Hamidiyah, kalian harus berterima kasih kepada orang tua kalian yang telah memilih pondok pesantren sebagai tempat menuntut ilmu dibanding sekolah umum biasa, karena di pesantren akan dikenalkan kehidupan bermasyarakat. Kalian 24 jam tinggal dan berinteraksi dengan teman-teman, kiai, ustadz, pembina, karyawan pesantren yang merupakan cermin di masyarakat nantinya,” jelas dr. H. Imam Susanto Sjaichu dalam sambutannya.  

 

Beliau menambahkan, para santri diajarkan ilmu pendidikan formal, dan yang paling penting ilmu agama serta bagaimana implementasinya sehari-hari sehingga nantinya para santri bisa memiliki akhlak yang santun, mandiri, serta menjadi panutan di keluarga dalam menjalankan syariat agama.

 

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Dr. H. Ahmad Zayadi, “Kalau kita lihat kalender hijriah, bulan Ramadan ini adalah bulan yang kesembilan. Kalau kita ambil analogi bulan kesembilan ini laksana ibu yang sedang hamil maka tentu setelah bulan yang kesembilan, kita akan sampai pada satu entitas yang insyaallah lebih sempurna, sebagaimana bayi yang baru dilahirkan”.




 

Pihaknya juga mengajak keluarga besar Pesantren Al-Hamidiyah untuk bersama-sama mengumpulkan dan mentasarufkan atau memberdayakan dana zakat, infak, shadaqah, dan dana sosial keagamaan yang potensinya sangat luar biasa, bisa mencapai Rp327 triliun dalam setahun. Akan tetapi, yang terkumpul tahun 2021 kemarin hanya Rp14 triliun saja. Itu artinya masih banyak peluang, sehingga pihaknya mendorong lembaga kemasyarakatan dan yayasan untuk bisa menjadi lembaga amil zakat, apalagi Indonesia dinilai sebagai negara yang paling dermawan, suka berdonasi. Hal ini untuk meningkatkan kapasitas perbaikan kualitas kehidupan, pendidikan, pengentasan kemiskinan, kesejahteraan lahir batin, dan lainnya. 

 

Dalam tausiyah inti, Dr. K.H. Khoirul Huda Basyir menekankan pentingnya akhlak. Di samping dibutuhkan di masyarakat kelak, akhlak merupakan poin penting yang bahkan menjadi tujuan Nabi Muhammad saw. diutus di muka bumi ini oleh Allah Swt. yakni untuk makarimal akhlak atau menyempurnakan akhlak.

 

“Dalam kitab Khuluquna karya Habib Umar bin Hafidz yang menjadi panutan kita, beliau  membagi akhlak menjadi tiga kategori. Pertama, khuluquna ma’allah, akhlak kita kepada Allah Swt. Kedua, khuluquna ma’a ‘ibadih, akhlak kita kepada hamba dan sesama makhluk-Nya. Ketiga, khuluquna ma’a anfusina, akhlak kita kepada diri kita sendiri. Ini adalah akhlak yang diperankan oleh Nabi kepada kita semua. Ketiganya saling terkait dan menopang, tidak boleh diberikan penekanan pada satu lalu dihilangkan yang lain. Harus moderat atau seimbang, dan ini masuk dalam ajaran Islam,” ungkap Pengasuh Pesantren Al-Kaukab ini





 

Kiai Huda juga mengapresiasi santri Al-Hamidiyah yang memiliki prestasi dalam perlombaan. Beliau mengutip apa yang pernah disampaikan almarhum K.H. Salahuddin Wahid dalam ceramahnya. 

 

“Mumpung masih di pesantren, para santri penting untuk belajar apa pun. Saya ingat sekali pesan Ir. K.H. Salahuddin Wahid. Beliau mengatakan, saya sengaja mendidik dan memberikan pembelajaran kepada santri Tebuireng bukan hanya ilmu-ilmu agama tapi seluruh ilmu-ilmu nonagama sekalipun, karena pada hakikatnya semua ilmu itu bersumber dari Allah Swt. Hal ini agar, alumnus pesantren bukan hanya menjadi kiai dan ulama semata, tapi kelak ada yang mampu menjadi tenaga-tenaga yang profesional, andal, dalam profesi apa pun,” tutur Kiai Huda. 

 

 



Di tengah ceramah, beliau memberikan hadiah kepada santri yang berhasil menjawab pertanyaan seputar ayat di dalam Al-Qur’an. Para santri tampak antusias dan kerap kali terhibur dengan humor yang dilontarkan sang dai. 


Pukul 22.45 WIB, acara Nuzulul Qur’an berakhir sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Doa penutup dilantunkan oleh Syekh Kholeel Al Obaidi dan diamini oleh seluruh hadirin dan hadirat dengan penuh khidmat.

 


Pewarta: Atunk 

Foto: Sulthoni & Isra

Archive