Pesantren Al-Hamidiyah
Home > Berita
Berita

Pengajian Pasaran Al-Adab fid Din (1): Pentingnya Adab bagi Pencari Ilmu

Minggu, 24 Maret 2024 Oleh Kajis 966 kali

DEPOK – Pesantren Al-Hamidiyah Depok menggelar pengajian kitab Al-Adab fid Din karya Al-Imam Al-Ghazali (1058-1111) setiap sore setelah Salat Ashar selama Ramadan 1445 H. Pada hari pertama, kegiatan yang dilakukan di Masjid Jami’ Al-Hamidiyah ini diisi oleh Kepala Pengasuh, Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman, M.Hum. Para santri putra dan putri tampak antusias mengikuti pengajian ini dengan menyimak kiai sambil memberi makna pada kitab kuningnya masing-masing (Kamis, 14/03/2024).

 

"Pengajian seperti ini, disebut juga dengan pasanan, atau di Jawa Barat disebut pasaran. Ngaji khusus di bulan Ramadan sampai khatam. Kita akan khataman dari kitab yang dikarang oleh Al-Ghazali," ucapnya. 

Beliau meminta agar apa yang telah disampaikannya dapat dipraktikkan. Ketika belajar agama, penting untuk fokus dan khusyuk. Ngaji haruslah dilakukan dengan sepenuh hati. Bahkan, saat ini akan diajarkan mengenai adab. Beliau menjelaskan bahwa adab adalah tentang etika, sopan santun, dan tata krama.


Kiai yang juga akrab disapa ‘Kang Oman’ merinci terkait adab di hadapan ratusan santri bahwa adab bukan tata tertib. 

"Saya jelaskan seperti ini. Adab itu bukan tata tertib, beda di atas tata tertib, aturan kadang-kadang tidak tertulis. Selonjoran kaki di masjid dilarang tidak di dalam tata tertib. Nahsekarang tiba-tiba ada ustadz kiai di depan kamu selonjoran kaki, misalnya. Tidak sopan, jadi adab ketika ada orang tua dan tidak selonjoran kaki. Supaya menjadi santri yang berakhlak beradab, menjadi santri B (berintegritas)," jelasnya. 

Kiai Oman juga menitipkan pesan, ada ilmu yang tidak tertulis namanya. Jika ingin pintar dan sukses ada ilmu yang harus dipraktikkan yaitu ilmu mendengar.

"Jadi apa pun yang disampaikan orang maka dengarkan. Supaya khidmat mari kita membacakan surat Al-Fatihah untuk pengarang kitab Syaikhul Imam Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali yang lahir tahun 450 H dan meninggal 505 H. (Kalau dikonversi menjadi) Masehi mungkin lebih pendek, hanya 53-an tahun. Semua ilmu dipelajari dan dituliskan oleh beliau. Karangan tak terhitung, setelah 9 abad ilmunya masih dipelajari, itu artinya apa Al-Ghazali seorang yang bermanfaat," ungkapnya. 

Menurut Kiai Oman, ilmu yang diperoleh akan melekat kuat dalam diri seseorang. Untuk menjadi diingat, langkah pertama adalah mengasah ilmu dengan berkarya dan berinovasi, kemudian mewujudkannya dalam tulisan. Selanjutnya, menjadi pribadi yang baik. Inilah esensi dari adab dalam beragama.



Pewarta: Abdul Mun'im Hasan

Editor: M. H. Alman Bimo/Atunk

Archive