Pesantren Al-Hamidiyah
Home > Berita
Berita

Pengajian Khataman Ayyuhal Walad (14/Habis): Pertemuan Akhir Penuh Berkah

Jum'at, 14 April 2023 Oleh Kajis 733 kali

DEPOK- Pengajian Khataman Ayyuhal Walad karya al-Imam al-Ghazali sampai pada pembahasan yang terakhir di hari ke-14. Pertemuan ini diisi oleh Prof. Dr. K.H. Oman Fathurahman M.Hum. Seluruh pengajar juga hadir dalam khataman ini meliputi Kiai Mahfudz Anwar, Kiai Rasyid, dan Kiai Jauhari, Kepala Pesantren & Asrama, Suma Wijaya, M.IKom; serta Kepala Divisi Penjaminan Mutu yang juga cucu K.H. Achmad Sjaichu yakni Bapak R. Muh. Iman S, ST., MBA (Kamis 13/04/2023).

Kiai Oman menjelaskan nasihat Al-Ghazali tentang perkara yang harus dikerjakan yakni mengenai anjuran untuk mencintai Allah. Karena semua hal yang kita lakukan semata-mata mencari keridhaan dari Allah SWT. Allah Ta’ala tidak akan rela (ridha) jika hamba-Nya beramal namun tidak mencintai Allah yang pada hakikatnya adalah Tuhan.

“Jika kamu melakukan sesuatu untuk orang lain, hendaknya dilakukan dengan penuh cinta dan kasih sayang, ikhlas. Maka dikatakan dalam hadits, iman seseorang belum sempurna sebelum ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,” tutur Kiai Oman.



Perkara yang terakhir, bila seseorang mendapatkan ilmu yang baru, maka patutlah ia memperbaiki hati, dan membersihkan jiwanya. Jika seseorang mengetahui bahwa umurnya hanya tinggal seminggu, tentu ia tidak akan menyibukkan diri dengan mempelajari ilmu yang lain. Sebab menurut Al-Ghazali ilmu-ilmu itu tidak berguna lagi. Yang dibutuhkan itu adalah mengawasi hati, mengetahui sifat-sifat nafsu, dan meninggalkan kesenangan duniawi. Seseorang akan melewatkan hari-harimu, dengan mendekatkan diri kepada-Nya.

“Jika kamu mengetahui bahwa umurmu itu sudah tinggal seminggu. Kalian tidak akan memikirkan ilmu di dunia. Namun kalian sibuk merawat hati dan mendekatkan diri kepada Allah,” ucap Kiai Oman menjelaskan nasihat Al-Ghazali.

Pembahasan selanjutnya tentang jika ada seorang sultan yang mendatangi rumah kamu dan kamu mengetahuinya sesungguhnya kamu terlalu sibuk untuk terlihat baik di depannya padahal Allah yang tidak akan memandang wajah kalian atau perbuatan kalian. Tetapi Allah melihat hati dan niat seseorang.

Adapun permintaan terakhir dari Imam Al-Ghazali kepada santrinya yakni, “Janganlah kamu melupakan aku dan memintanya untuk mendoakan dirinya (Imam Al-Ghazali) di setiap waktu khususnya setelah salat”.



Kiai Oman juga mengajukan pertanyaan kepada santri mengenai pengertian dan perbedaan fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Santri yang bisa menjawab akan diberi hadiah. Tak lama setelah itu, seorang santri putri mengangkat tangannya dan menjawab. 


“Fardhu ‘ain itu hukumnya wajib dikerjakan bagi setiap muslim maka hukum saat kita meninggalkannya adalah dosa. Sedangkan fardhu kifayah adalah kewajiban yang jika sudah dikerjakan oleh salah satu umat muslim di sana hukum bagi muslim lain tidak wajib lagi. Contoh seorang yang ada di kampung kita meninggal dan beberapa orang sudah melakukan mengurus jenazah maka yang lain tidak wajib lagi,” jawaban Noura Cahya yang kemudian mendapat hadiah berupa kaos Ngariksa (Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara) yang diasuk Kiai Oman.


Setelah selesai khataman kitab Ayyuhal Walad, Kiai Oman memimpin doa, mengapresiasi beberapa santri yang aktif mengaji dan rutin menulis berita. Sebelum meninggalkan masjid, seluruh santri melakukan mushafahah atau bersalaman.

Perwarta: Khatrunnada Salsabila Zega

Foto: Linda/Iffah/Mun'im

Editor: Atunk


Galeri Foto:









Archive