Pesantren Al-Hamidiyah
Home > Berita
Berita

Pengajian Khataman Ayyuhal Walad (11): Empat Perkara Yang Ditinggalkan dan Yang Dikerjakan

Rabu, 12 April 2023 Oleh Kajis 835 kali

DEPOK - Pada pengajian khataman Ayyuhal Walad yang ke-11, K.H. Jauhari Sadji, Lc. memberikan nasihat kepada para santri mengenai empat perkara yang harus ditinggalkan dan empat perkara yang harus dilaksanakan (Senin, 14/04/2023). Nasihat ini bertujuan agar ilmu yang dimiliki tidak menjadi hujjah (dalil) untuk merugikan pada hari kiamat nanti.

“Empat perkara yang harus ditinggalkan adalah jangan bertengkar dengan seseorang karena pertengkaran mengandung berbagai macam penyakit. Pertengkaran dapat menimbulkan perilaku yang jahat seperti riya, hasad, takabur, dengki, permusuhan, dan merasa bangga dengan kemampuan diri sendiri,” ungkap Kiai Jauhari. 


Jika suatu hari, lanjut Kiai Jauhari, kita terjerat dalam pertengkaran dengan orang lain atau sekelompok orang, dan niat di hati untuk menzahirkan kebenaran, maka boleh dilakukan, tetapi harus memperhatikan dua tanda yaitu tidak membedakan kebenaran akan terungkap melalui lidah sendiri atau orang lain dan pembahasan lebih baik dilakukan di tempat yang tertutup daripada tempat yang ramai

“Kemusyrikan pada suatu menunjukkan adanya penyakit hati. Para ulama seperti dokter yang pandai mengobati sakit hati. Namun, tidak semua ulama dapat mengobati orang yang sakit hati dan hanya mengobati orang yang diharapkan sembuh atau dapat diobati. Jika penyakit sudah tidak dapat diobati, maka mengobati orang yang sakit seperti itu hanya membuang-buang waktu,” demikian nasihat al-Imam al-Ghazali yang dibacakan Kiai Jauhari.


Adapun faedah atau keutamaan yang perlu diingat adalah, kemusyrikan pada suatu masalah sama halnya dengan menunjukan penyakit hati dan jawaban yang diberikan kepada kemusykilan tersebut sama pula halnya dengan usaha yang dibuat untuk merawat penyakit hati.

Orang yang bodoh merupakan orang yang sakit hatinya, sementara para ulama sebagai dokter yang pandai mengobatinya. Namun, seorang alim yang telah sempurna ilmunya belum tentu mau mengobati semua orang yang sakit. 


“Mereka hanya mengobati orang sakit yang diharapkan boleh sembuh atau dapat diobati. Jika penyakit sudah tidak dapat diobati, maka mengobati orang yang sakit seperti itu hanya membuang-buang waktu,” pungkas Wakil Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah tersebut. 


Pewarta: Tezar Fadhilah

Foto: Linda


Archive